BUS MEWAH Pameran GIIAS ICE - BSD

Wednesday, 14 September 2016

71 Tahun Hari Radio, LPP- RRI Takengon Nyalakan Obor Triprasetya“Radio Rimba Raya telah menjadi bagian dari sejarah dan media perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan






TAKENGON-Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP- RRI) Takengon memperingati 71 tahun Hari Radio, minggu (11/09).
Acara yang berlangsung di Kantor RRI Takengon tersebut turut dihadiri oleh Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin serta para pihak yang selama ini telah bekerjasama dengan RRI Takengon dalam kegiatan pelayanan penyiaran informasi.
Peringatan 71 tahun Hari Radio ditandai dengan penyulutan obor Triprasetya RRI yang dilakukan serentak secara Nasional tepat pukul 11.00 WIB.
Bagi RRI Takengon yang resmi beroperasi sejak 2010, pelaksanaan upacara penyulutan obor Triprasetya RRI hingga 2016 sudah dilakukan sebanyak 5 kali.
Kepala RRI Takengon, Edyi Ivan mengatakan pihaknya telah menggelar berbagai kegiatan sebagai rangkaian peringatan Hari Radio tahun ini, mulai dari jalan sehat, pertandingan tenis meja dikalangan jurnalis, donor darah hingga anjangsana ke panti jompo.
“Walaupun umur RRI Takengon masih muda tapi kita tidak mau ketinggalan dari RRI lain di Indonesia,” ujarnya.
Upacara hari itu juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman kerjasama siaran berita antara RRI Takengon dengan Radio Rimba Raya, di- en FM, dan SLA FM.
“Momentum peringatan hari Radio, semakin menguatkan tekad untuk menjadikan RRI Takengon sebagai rumah rakyat dalam menyalurkan aspirasi,” kata Edyi.
Sementara Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin mengulas napak tilas lahirnya RRI Takengon dan mengaitkannya dengan semangat perjuangan Radio Rimba Raya.
“Radio Rimba Raya telah menjadi bagian dari sejarah dan media perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan. Keberadaan RRI Takengon merupakan lanjutan dari perjuangan tersebut,” ungkap Nasaruddin.
Nasaruddin turut menanggapi kerjasama antara RRI Takengon dengan berbagai stasiun Radio sebagai bentuk upaya untuk semakin menyebarluaskan informasi bagi masyarakat.
“Atas nama seluruh masyarakat Aceh Tengah, kami ucapkan dirgahayu ke 71 RRI, sekali di udara tetap di udara,” pungkas Nasaruddin.(Rel)

Wednesday, 7 September 2016

Sejumlah Komunitas di Bener Meriah Bersihkan Lokasi Tugu Radio Rimba Raya









Sejumlah anggota komunitas di Bener Meriah, Senin 15 Agustus 2016 menggelar aksi pembersihan di lokasi tugu Radio Rimba Raya (RRR) Kabupaten Bener Meriah.
Aksi ini, menurut koordinator kegiatan, M Salamuddin merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap nilai sejarah. Terlebih dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 71.
Lain itu juga untuk mempromosikan tugu RRR sebagai salahsatu tujuan wisata di daerah tersebut.
Selanjutnya, untuk peringatan detik-detik Proklamasi, Forum ini juga akan menggelar upacara bendera di lokasi tersebut pada tanggal 17 Agustus 2016.
“Kegiatan ini bersifat terbuka, kami berharap kehadiran masyarakat bersama kami mengenang perjuangan mempertahankan Kemerdekaan RI dari tugu RRR,” ujar M Salamuddin diamini rekannya Adinova.
Adapun komunitas yang turut serta dalam kegiatan ini antara lain Forum Peduli Wisata Bener Meriah, Ikatan Bikers Bener Meriah (IBBM), Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) serta Ikatan Pemuda Tugu RRI (IPTRRI).
Sumber: Lintas Gayo

Sejumlah Komunitas di Bener Meriah Bersihkan Lokasi Tugu RRR








Posted by: lintasgayo.co in Keber Ari Gayo, Sosial Budaya, Terbaru 0


Rime Raya-LintasGayo.co : Sejumlah anggota komunitas di Bener Meriah, Senin 15 Agustus 2016 menggelar aksi pembersihan di lokasi tugu Radio Rimba Raya (RRR) Kabupaten Bener Meriah.
Aksi ini, menurut koordinator kegiatan, M Salamuddin merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap nilai sejarah. Terlebih dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 71.
Lain itu juga untuk mempromosikan tugu RRR sebagai salahsatu tujuan wisata di daerah tersebut.
Selanjutnya, untuk peringatan detik-detik Proklamasi, Forum ini juga akan menggelar upacara bendera di lokasi tersebut pada tanggal 17 Agustus 2016.
“Kegiatan ini bersifat terbuka, kami berharap kehadiran masyarakat bersama kami mengenang perjuangan mempertahankan Kemerdekaan RI dari tugu RRR,” ujar M Salamuddin diamini rekannya Adinova.
Adapun komunitas yang turut serta dalam kegiatan ini antara lain Forum Peduli Wisata Bener Meriah, Ikatan Bikers Bener Meriah (IBBM), Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) serta Ikatan Pemuda Tugu RRI (IPTRRI). (Rio | Kh)


Gubernur Zaini Abdullah : Indonesia Tidak Boleh Melupakan Gayo

Putra Bung Karno: Tanpa Aceh, Maka Tak Ada Indonesia Raya

 






By mediaaceh.co - 15/03/2016


 MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Putra Sukarno, Guruh Sukarno Putra, mengakui bahwa Aceh memiliki modal yang besar terhadap pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini disampaikan Guruh dalam sambutannya pada acara silaturahmi dengan masyarakat di Desa Tampak, Kecamatan Sama Dua, Kabupaten Aceh Selatan, Senin 14 Maret 2016.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf serta sejumlah tokoh Aceh lainnya.
“Saya sejak kecil selalu mendengar soal Aceh dari ayah saya, Bung Karno. Beliau selalu berkata, tanpa Aceh, maka tak ada Indonesia Raya,” kata Guruh.
Bung Karno, kata Guruh lagi, juga selalu mengulang soal peran Aceh dalam mendirikan Negara Indonesia.
“Peran Aceh sangat besar. Jika tanpa pengorbanan masyarakat Aceh, maka kita tak mungkin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ini yang selalu diulang-ulang olehnya kepada saya sejak kecil,” ujarnya lagi. [] (mal)

Ketua MPR RI: Kalau tidak Ada Aceh, Indonesia tidak Merdeka







By Oga Umar Dhani - 06/09/2016


MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia, Zulkifli Hasan mengatakan, peran Aceh dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat besar.
Hal ini dikatakann Zulkifli Hasan saat orasi ilmiah dalam rangka dies natalis ke-55 Universitas Syiah Kuala di Gedung AAC Dayan Dawood, Selasa 6 September 2016.
"Indonesia tidak sama, berbeda-beda, tetapi kita mempunyai sejarah yang sama. Kalau tidak ada Aceh, Indonesia tidak merdeka, kontribusi Aceh sangat besar," katanya.
Untuk itu, kata Zulkifli Hasan, setiap daerah di Indonesia diperbolehkan mengoptimalkan setiap perbedaan itu di tiap daerahnya, tetapi katanya, harus tetap dalam bhinneka tunggal ika sebagai ciri khas bangsa Indonesia.
"Itu bukan rasis, boleh membesarkan budayanya, bahkan Aceh jadi daerah istimewa, tetapi kita tetap satu dalam perbedaan itu, karena perbedaan cirikhas Indonesia," katanya.[]

Saturday, 3 September 2016

Sepenggal Cerita Sebuah Radio Yang Berjasa Dalam Kemerdekaan Indonesia


Mengenal Aceh & Segala Seluk Beluknya



“Republik Indonesia masih ada, karena pemimpin republik masih ada, tentara republik masih ada, pemerintah republik masih ada, wilayah republik masih ada dan disini adalah Aceh”.

Begitulah berita yang tersiar melalui stasiun radio berkekuatan satu kilowatt pada frekuensi 19,25 dan 61 meter bernama radio Rimba Raya. Letak Radio Rimba Raya adalah di Desa Rimba Raya, Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Yang kemudian ditempat ini dibangun sebuah monumen yang diresmikan oleh Menteri Koperasi Bustanil Arifin pada tanggal 27 Oktober 1987.


Radio ini benar-benar telah memegang sebuah peranan yang sangat penting di dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan para penjajah. Meski keberadaannya di tengah rimba tetapi radio ini telah berhasil menyampaikan berita yang begitu sangat penting, berita yang begitu sangat mengembirakan ke berbagai belahan dunia.

Sepenggal Cerita Sebuah Radio Yang Berjasa Dalam Kemerdekaan Indonesia
Monumen Radio Rimba Raya (abulyatama.ac.id)

Dalam sejarah tercatat di dalam menyampaikan berita gembira bagi seluruh warga Indonesia tersebut, beberapa radio lain dapat mendengarnya. Radio di Semenanjung Melayu, Singapura, Vietnam, Australia bahkan sampai dengan radio di Eropa dapat mendengarnya dengan sangat jelas.

Dan kerennya lagi, radio Rimba Raya tidak hanya mengudara untuk kepentingan umum saja, radio Rimba Raya juga berperan penting di dalam mengawasi dan mengirim berbagai pengumuman penting bagi kegiatan angkatan bersenjata Republik Indonesia. 

Radio Rimba Raya letaknya boleh di dalam hutan yang mungkin pesonanya sangat jauh kalah dengan kota-kota besar yang ada ketika itu. Tetapi perlu diketahui Radio Rimba Raya tidak hanya menggunakan satu bahasa saja dalam melakukan siarannya, Radio Rimba Raya menggunakan sampai dengan lima bahasa (bahasa inggris, Belanda, Cina, Urdu dan tentunya bahasa Arab).

Radio Rimba Raya hadir dengan kemampuannya di dalam membakar semangat para pejuang Indonesia yang memang tidak mengenal lelah di dalam melakukan perlawanan terhadap para penjajah. Berbagai nyanyian rakyat yang mengandung unsur penyuntik semangat juga sering terdengar dari Radio di dataran tinggi Gayo tersebut.

Radio ini terus berperan sampai dengan saat pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 di Jakarta sebagai hasil Konfrensi Meja Bundar di Den Haag.

Sebelum berada di Bener Meriah sang pelopor kopi Aceh kualitas Internasional. Radio Rimba Raya sering berpindah-pindah keberadaannya untuk memperoleh posisi yang cocok untuk menyampaikan pesan-pesan perjuangan. Bahkan sejarah mencatat Di Banda Aceh radio ini juga sempat berdiri yaitu di desa Cot Gue.

Keberadaan Radio tersebut di Banda Aceh ternyata tidak begitu mulus karena terjadi agresi Belanda ketika itu. Akhirnya radio dipindahkan ke daerah Burni Bius di Aceh Tengah, sesampai disana rencana harus kembali diubah karena intaian pesawat Belanda yang terus mengawasi, dan Jadilah Rimba Raya sebagai tempat berdirinya sang radio yang memainkan peran penting di dalam kemerdekaan Republik Indonesia.

Itulah sepenggal kisah heroiknya Aceh yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Tidak perlu ibu kota negara berpindah ke Banda Aceh sebagai hadiahnya, cukup beri Aceh perhatian agar tidak ada lagi air mata dan nyawa yang melayang begitu saja Baca Juga :Luar Biasa, Ternyata Ini Pesawat Garuda Indonesia Yang Pertama

Malam Ini Pemutaran Film Dokumenter Radio Rimba Raya di Gor Bener Meriah




 in BENER MERIAHHEADLINEHUT RI KE-71 16 hari agopada Malam Ini Pemutaran Film Dokumenter Radio Rimba Raya di Gor Bener Meriah197 Views

Baranewsaceh.co, Bener Meriah – Denyut perjuangan masih ada, suara merdeka masih membahana. Radio Rimba Raya masih mengudara. Dan akhirnya Dunia mengakui perjuangan Bangsa Indonesia. Sekilas tentang sejarah Radio Rimba Raya.
Film Dokumenter Karya anak Negeri Ikmal Gopi. Malam ini akan di putar di acara Resefsi HUT Kemerdekaan RI KE 71. Di Gors Bener Meriah. Rabu (17/08).
Irmansyah S.STP sebagai ketua seksi Resefsi HUT RI KE 71, mengatakan. Selain pemutaran film dokumenter tentang Radio Rimba Raya, kita juga akan menghadirkan pelaku sejarah yaitu: RM. Tukiran Aman Jus.
Sutradara Ikmal Gopi kepada baranews mengatakan. Kita ingin Radio Rimba Raya di kenal dan diakui keberadaannya. Dengan adanya Film dokumenter ini. Kedepan anak anak generasi bangsa memahami dan mengerti, sejarah serta keberadaan Radio Rimba Raya. Dimasa agresi Belanda ke II tahun 1948.
Jadi Rimba Raya bukan hanya sebatas tugu atau lambang yang di selipkan pada logo Kabupaten Bener Meriah. Dunia pernah kagum dengan keberadaannya yang selalu memberitakan tentang perjuangan rakyat Indonesia.
Rencananya pemutaran Film Dokumenter Radio Rimba Raya akan di putar sesuasai Sholat Is,ya Malam ini. Dan akan di hadiri oleh Plt Bupati Drs Rusli M. Saleh. Unsur Forkopimda forkopimda plus. Serta masyarakat.  (HT)
Print PDF

RADIO RIMBA RAYA ACEH DAN PAHLAWAN DI BALIK LAYAR


Home » Wisata Aceh » Radio Rimba Raya Aceh dan Pahlawan di Balik Layar

Dahulu, Soekarno selalu mengelukan simbol “jas merah” nya sebagai pengingat kepada generasi muda untuk jangan sesekali melupakan sejarah bangsanya sendiri, bangsa Indonesia. Namun tanpa diminta pun, sejarah yang dikenang oleh beberapa generasi yang lahir akan terus terkikis sedikit demi sedikit hingga meninggalkan puing cerita yang tak lagi diketahui kebenaran yang sebenarnya.
Begitupun dengan sejarah Radio Rimba Raya dan siapakah tokoh penting di balik layar yang berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hari ini orang Aceh hanya akan mengingat jasa siaran radio ini yang berhasil lepas dari fitnah pemberitaan Belanda yang menyatakan bahwa Indonesia telah kalah saat itu. Namun, kita tidak pernah mengetahui siapa tokoh di balik siaran radio tersebut, yang begitu berani untuk menyeledupkan peralatan siar ke Aceh dan berani menyiarkan kabar kebenaran tentang Indonesia hingga ke penjuru dunia. Walaupun secara nilai kebangsaan di antara mereka ada yang bukan merupakan warga negara asli Indonesia, namun tanpa jasa mereka mustahil kemerdekaan Indonesia ini bisa kita cicipi seperti saat ini.

Tugu Rimba Raya, Monumen Mengenang Peranan Radio Rimba Raya.
1. John Lie VS Nip Xarim
Kedua tokoh ini masih menjadi sosok kotroversi mengenai siapa yang awalnya berhasil menyeledupkan alat pemancar radio hingga sampai ke Aceh kala itu. Ali Hasyim, dan TA Talsya menyebutkan bahwa John Lie, seorang pahlawan nasional keturunan Tionghoa asal Manado yang berhasil menyeledupkan alat tersebut menjelang Agresi Belanda I pada bulan Juli 1947 melalui Singapura dan melewati jalan laut hingga sampai ke Sungai Yu, Aceh Timur.
Dari beberapa cerita mengatakan bahwa John Lie berhasil mengalihkan perhatian tentara Belanda yang tengah berpatroli dengan membawa dua speedboat. Satu speedboat berisi bahan makanan, dan satu speedboat lagi berisi alat pemancar radio. Demi meninggalkan kesan curiga kepada para tentara Belanda, ia melajukan speedboat yang berisi bahan makanan dengan kencang sehingga tentara Belanda curiga dan mengejar speedboat tersebut. Sedangkan speedboat yang berisi alat pemancar radio selamat sampai ke tujuan.

John Lie sang penyeludup hebat. Photo by[historiadotid]
Versi lainnya menyebutkan bahwa yang menyeludupkan alat pemancar radioa Rimba Raya adalah Nip Xarim, yang merupakan Wakil Pemerintah Gubernur Militer Aceh dan Tanah Karo yang saat itu berkedudukan di Pangkalan Brandan. Ia membeli perangkat tersebut di Malaya bersama Dr. Soufyan dan menyimpannya di Pangkalan Brandan. Justru Nip Xarim membeli peralatan ini jauh sebelum Agresi Belanda I pada tahun 1947 terjadi. Yang membenarkan hal ini adalah Drs. Muhammad TWH. Anggota Divisi X, Syarifuddin Thaib, yang juga Wakil Ketua/Ajudan Komandan Divisi X Kolonel M. Hoesein Yoesoef, dan John Ekel, serta anggota Divisi X dalam buku “Peranan Radio di Masa Kemerdekaan di Sumatera Utara“, serta Mukhtar Ibrahim selaku sejarawan UGM.
2. Abdullah Inggris
Dialah John Edward, salah seorang tentara Inggris (sekutu) berpangkat Letnan yang membelot ke pihak Republik Indonesia (RI) yang kemudian dikenal dengan nama Abdullah Inggris. Di lah orang menyiarkan tentang kedudukan Indonesia yang belum runtuh saat itu ke seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan kekuatan frekuensi radio 19, 25 dan 61 meter, serta kekuatan pemancar 300 watt telefoni. Ia menjadi anggota penerangan Tentara Divisi X dan penyiar dalam bahasa Inggris di Radio Rimba Raya. Kemudian pangkatnya dinaikkan menjadi Kapten dan adakalanya dia menjadi Ajudan Komandan Divisi X Kolonel Husin Yusuf.
Menurut Abidin Hasyim, dkk dalam buku Aceh Daerah Modal (2009) menyatakan bahwa pada tanggal 19 Desember 1948 melalui Radio Belanda Hilversum, Radio Belanda di Batavia dan Medan mengumumkan bahwa Republik Indonesia telah runtuh, kota-kota utama telah dikuasai dan pemimpin Indonesia telah ditawan. Sontak pemberitaan tersebut membuat warga Indonesia percaya, padahal pada kenyataannya itu hanyalah manipulasi Belanda agar Indonesia benar-benar jatuh saat itu.
Lantas, muncullah Radio Rimba Raya yang menggunakan signal calling Radio Divisi X, Radio Republik Indonesia, Suara Indonesia Merdeka yang segera menjawab:
“Republik Indonesia masih ada. Ada daerah yaitu daerah Aceh. Masih ada pemerintahan, yaitu Pemerintah darurat Republik Indonesia yang berkedudukan di Sumatera. Ada tentara yaitu Tentara Republik Indonesia dan masih ada rakyat yaitu rakyat Indonesia”.
Bantahan dan perlawanan yang dilakukan oleh Radio rimba Raya membuat Belanda menjadi tersudut. Betapa tidak, pemancar Radio
John Edward atau yang dikenal dengan Abdullah Inggris.
Photo by: Buku Aceh Daerah Modal. 2009
Rimba Raya begitu kuat siarannya dan dapat didengar di berbagai negara Asia, Australia dan beberapa negara Eropa Barat. Tiap malam radio ini muncul di udara dalam enam bahasa yaitu Inggris, Belanda, Indonesia, Arab, Tiongkok dan Urdu.
Radio Rimba Raya juga dapat melaksanakan tugas yang amat penting, yaitu memelihara komunikasi dengan pimpinan pusat gerilya di sekitar pedalaman Yogyakarta dan Surakarta. Waktu itu hanya ada tiga pemancar gerilya yang beroperasi secara terbuka, yaitu Siaran Republik dari hutan-hutan Surakarta, Siaran Pemerintahan Darurat R.I (PDRI) dan Radio Rimba Raya yang berlokasi di antara Bireun-Takengon (sekarang bernama Bener Meriah).

Sumber:
1. Hasyim, A, dkk. Aceh Daerah Modal. 2009. Banda Aceh: Pemerintah Aceh
2. www.rimbarayaaceh.blogspot.co.id
(Visited 35 times, 1 visits today)