Jakarta-LintasGayo.co : Bangsa Indonesia tidak boleh melupakan dataran tinggi Gayo dan warganya yang telah berjasa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Zaini dalam acara silaturrahmi dan halalbihalal masyarakat Gayo se-Jabodetabek, Sabtu (6/8) malam.
Zaini menyebutkan dari dataran tinggi Gayo Aceh wilayah tengah dikumandangkan Indonesia masih ada ketika terjadi agresi militer Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.
“Melalui suara-suara pejuang dari dataran tinggi Gayo yang disiarkan Radio Rimba Raya, masyarakat dunia mengetahui bahwa Indonesia masih ada dan berdaulat,” ujar Zaini yang turut didampingi Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin serta beberapa tokoh Gayo yang hadir.
Lebih lanjut Zaini mengatakan, oleh karena besarnya peran dataran tinggi Gayo dan Aceh secara umum dalam pergerakan dan mempertahankan kemerdekaan sehingga Presiden Soekano menyebut Aceh sebagai daerah modal.
Radio Rimba Raya berperan sangat besar terhadap kelangsungan pemerintahan Republik Indonesia. Pada saat itu Belanda telah menguasai ibu kota pemerintahan Indonesia. Dan mengumumkan lewat radio Hilversum (milik Belanda) kepada dunia, bahwa Negara Indonesia tidak ada lagi. Tapi dengan suara yang sayup lantang dari Dataran Tinggi Tanah Gayo, Radio Rimba Raya membatalkan berita tersebut dan mengatakan bahwa Indonesia masih ada.
“Sejarah ini perlu terus diingat, agar perhatian terhadap wilayah Gayo dan Aceh secara umum mendapat prioritas dalam kesinambungan pembangunan,” tegas Gubernur Aceh, Zaini Abdullah.
Upaya merekam sejarah Radio Rimba Raya ini sudah dilakukan dengan sangat detil oleh Ikmal Gopi yang mengemasnya dalam film dokumenter beberapa tahun lalu.
Pengumpulan data sejarah ini dilakukan Ikmal atas inisiatif dan biaya sendiri dalam waktu tidak kurang dari 4 tahun. Sejumlah daerah dikunjungi dengan narasumber para tokoh saksi dan pelaku sejarah.
Sayangnya, film ini belum diperbanyak untuk didistribusikan secara luas, walau atas inisiatif sejumlah pihak termasuk LintasGayo memfasilitasi digelarnya pemutaran dan diskusi membedah film berdurasi 80 menit tersebut. (MK | Kh)
No comments:
Post a Comment